Nurdin Halid boleh saja menampik isu, bahwa dia dan Nirwan D Bakrie adalah "satu paket" dalam bursa pencalonan ketua umum pada Kongres PSSI di Tabanan, Bali, 26 Maret nanti. Namun, sejumlah kalangan sepak bola tetap meyakini bahwa kubu incumbent telah membuat banyak manuver, termasuk skenario satu paket itu, untuk melanggengkan rezimnya di PSSI.
Yang terbaru, beredar kabar bahwa Nirwan D Bakrie bakal menjadi ban serep Nurdin Halid sebagai Ketum PSSI. Nurdin diduga akan maju sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden Asosiasi Sepakbola Asia Tenggara (AFF). Apalagi, saat ini Nurdin sudah masuk sebagai nominasi dan akan bersaing dengan dua kandidat lainnya, yakni Sultan Haji Ahmad Shah (Malaysia) dan Dato Worawi (Thailand).
Sebagai gantinya, Nirwan yang akan melenggang sebagai Ketum PSSI. Teriakan serta tuntutan masyarakat agar Nurdin turun malah dianggap akan menguntungkan Nirwan. Pasalnya, adik Ical - sapaan Aburizal Bakrie - itu akan menjadi sosok yang tak tersentuh setelah konsentrasi masyarakat hanya pada Nurdin. Celah itulah yang akan dimanfaatkan kubu incumbent untuk tetap menguasai PSSI di kepengurusan mendatang.
"Kalau yang maju Nirwan, artinya harapan masyarakat untuk menyaksikan perubahan di PSSI tak kesampaian. Sama saja tak ada perubahan," terang Bambang Nurdiansyah, mantan pemain Timnas Indonesia. Bambang juga mengharapkan agar publik tak hanya fokus menurunkan Nurdin. Melainkan juga terus menyuarakan terjadinya reformasi kepengurusan di PSSI. Apalagi jika kabar bahwa Nurdin hanya dijadikan bemper Nirwan ternyata benar adanya.
Menurut mantan pelatih PSIS Semarang tersebut, PSSI membutuhkan figur yang baru untuk me-refresh struktur organisasi. Dengan begitu, perubahan yang dilakukan tidak hanya setengah-setengah. "Perubahan bukan hanya secara prestasi. Tapi juga secara keseluruhan, termasuk organisasi yang semakin baik. Itulah yang harus didengar karena merupakan keinginan masyarakat," ucap mantan pelatih Arema Malang tersebut.
Di sisi lain, IANI (Ikatan Atlet Nasional Indonesia) menyatakan dukungannya jika Nurdin tak lagi maju sebagai Ketum PSSI. Mereka mengharapkan agar Nurdin mendengarkan suara masyarakat pecinta sepak bola. "Tanpa menghormati rasa hormat saya, Pak Nurdin barangkali karena sudah cukup lama serta resistensi yang begitu banyak, alangkah baiknya dia kita himbau untuk lebih legowo agar tak jadi ketum lagi," harap Icuk Sugiarto, Ketum IANI.
Sementara itu, kubu George Toisutta dan Arifin Panigoro tetap bergerak untuk mengegolkan keduanya sebagai kandidat Ketum PSSI. "Kalau banding kami ditolak, kami sudah menyiapkan banyak langkah untuk meloloskannya," ucap Harjon Sinaga, kuasa hukum kubu George dan Arifin. Dikonfirmasi terpisah, PSSI masih saja menanggapi masalah tersebut dengan santai. "Kita kan negara hukum. Serahkan saja semuanya pada ketentuan yang berlaku," jelas Max Boboy, Direktur Hukum dan Peraturan PSSI.
Tuntut Revolusi PSSI
Secara terpisah, ribuan suporter sepak bola dari berbagai daerah terus menyerukan revolusi di tubuh PSSI. Kemarin, mereka kembali menyerbu kantor otoritas sepakbola nasional itu di komplek Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Massa yang datang dari beberapa kota itu juga menyegel kantor PSSI.
Langkah tersebut dilakukan karena tuntutan yang mereka serukan agar Nurdin Halid mundur dari kursi Ketum PSSI serta revolusi di jajaran pengurus PSSI tidak digubris. Bahkan, sampai kemarin para pengunjuk rasa itu juga belum ditemui oleh perwakilan dari PSSI.
"Kami sudah tiga hari melakukan aksi dan dua hari berada di sini. Tapi, tidak ada sama sekali pengurus PSSI yang datang. Jadi, daripada tidak dimanfaatkan, gedung ini kami segel," ujar Prianto Jasmo, ketua tim perumus Aliansi Suporter Indonesia.
Proses penyegelan ini juga dilakukan oleh berbagai kelompok suporter di Indonesia yang sengaja datang ke kantor PSSI. Selain menggembok pintu masuk kantor PSSI, penyegelan juga diikuti dengan pemasangan spanduk kecil yang berisi tulisan penyegelan dari kelompok suporter.
"Sekarang, gedung ini telah dikuasai oleh kami, suporter sepak bola Indonesia. Tidak boleh lagi ditempati oleh mafia bola, judi, dan koruptor," kata Prianto. Lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Harian Boromania - sebutan suporter Persibo Bojonego - itu berharap, Nurdin beserta kroninya tahu diri dan tidak lagi berada di PSSI. Mereka berharap revolusi PSSI bisa secepatnya bisa dilakukan, sehingga persepakbolaan Indonesia tidak semakin terpuruk.
Dia menegaskan bahwa para suporter dari berbagai daerah itu akan secara bergelombang melakukan demonstrasi, sampai Nurdin meletakkan jabatannya sebagai Ketum PSSI. "Ini belum akhir. Tapi ini masih awal kami berjuang untuk memperbaiki sepak bola Indonesia. Kami sebagai pecinta sepak bola Indonesia tidak rela kalau dipimpin oleh orang-orang yang tak layak mengurusi sepak bola," tandasnya.
Sementara itu, salah satu koordinator suporter asal Jakarta, Sangab Surbakti, menjelaskan bahwa saat ini suporter sepak bola di Indonesia mulai sadar. Sebab, suporter yang sebelumnya berseberangan, mulai bersatu untuk kemajuan sepak bola di tanah air.
"Kami tidak ingin terjebak dengan berseteru antara satu pendukung tim dengan pendukung dari daerah lain. Sekarang kami bersatu agar PSSI direvolusi," tegas lelaki yang berprofesi sebagai pengacara tersebut. Dia juga menyebut bahwa kerusuhan yang terjadi selama ini bukan karena niat dari suporter. Melainkan, karena PSSI telah melakukan manipulasi-manipulasi di sepak bola tanah air sehingga suporter yang terkena imbasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh koordinator suporter asal Jogjakarta, Wawan. Dia menilai bahwa anggapan suporter Indonesia kerap melakukan kerusuhan, itu tidak benar. "Jika bukan karena mereka (PSSI) yang menjadi mafia sepak bola Indonesia, suporter tidak akan begitu. Kami semua bersatu untuk menyudahi pekerjaan kotor itu," terangnya.
Dia juga menyesalkan bahwa kecurangan yang dilakukan bukan hanya terjadi di lapangan. Bahkan, di dalam kehidupan organisasi PSSI sendiri, terjadi banyak kecurangan. Seperti dalam proses verifikasi pemilihan calon ketum menjelang Kongres PSSI. "Masa, salah satu calon dari TNI, yang menjaga keamanan di negeri ini, tidak diloloskan. Sedangkan seorang mantan narapidana yang jelas-jelas salah, bisa lolos menjadi Ketum. Kalau tidak curang, apa?" tandasnya.
Selain menyegel kantor PSSI, para suporter tersebut juga bermalam di sana untuk memastikan bahwa kantor tersebut tidak lagi digunakan oleh Nurdin dan kroninya. Mereka akan terus melakukan unjuk rasa tersebut sampai tuntutan revolusi PSSI dipenuhi.
(ru/aam/jawapos)